Sabtu, 05 November 2016

Jaga Pilkada Jakarta, Japri Silaturrahmi Ke Pesantren

JAPRI PILKADA DKI

Jakarta – Dalam rangka ikut terlibat menciptakan suasana Jakarta yang damai menjelang Pilkada DKI Jakarta, Jaringan Alumni Pesantren untuk Indonesia Raya (Japri) menggelar silaturrahmi dan tabligh ke Pondok Pesantren Ekonomi Darul Uchwah Kedoya, Jakarta, Sabtu malam (6/11). Hadir dalam acara ini 15 anggota Japri. Acara dimulai dengan manakiban dan shalawatan yang dilakukan ratusan santri dan warga sekitar.

Dalam sambutannya, Koordinator Japri, Yayan Sopyani Abdul Hadi, mengatakan peran santri dalam membentuk, memperjuangkan serta mempertahakan NKRI sangat besar. Para santri lah yang bahu membahu ikut mendorong kemerdekaan, dan ikut mempertahankannya, misalnya melalui Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama yang diserukan oleh KH Hasyim Asya’ri. Kelompok santri juga ikut terlibat dalam sidang perumusan Pancasila dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Bung Karno, tegas Yayan, juga seorang pemikir Islam Nusantara yang berkemajuan. Pikiran-pikiran Islam Bung Karno sangat progressif. Bung Karno juga, yang sempat belajar agama kepada HOS Tjokcoaminoto dan berkorespondensi dengan A. Hasaan, menggelorakan Api Islam, yaitu ajaran Islam yang substansial. Tokoh snatri lain, Mochammad Natsir, ikut mempertahankan NKRI melalui mosi integral-nya.

“Maka kini, para santri juga bertugas menjaga NKRI, merawat ke-Indonesian. Pancasila, harus kita jaga bersama sebagai warisan dan hasil diskusi panjang, yang melibatkan para santri dan ulama di dalamnya. Menghadapi Pilkada Jakarta ini, kita harus juga ikut menjaga suasana damai. Jakarta damai yang Pancasialis, serta tidak melakukan diskiriminasi apapun. Jakarta itu, sebagaimana Indonesia, satu untuk semua dan semua untuk satu.” tegas Yayan.

Yayan menegaskan bahwa Islam itu sangat egaliter. Islam sangat menghormati sistem meritokratik yang menjadi bagian penting dalam demokrasi. Dengan sistem meritokratik itulah para pemimpin yang berkualitas, punya kapasitas dan mampu membangun Jakarta bisa hadir dan memimpin.

“Jakarta satu untuk semua, semua untuk satu artinya bahwa Jakarta itu bukan milik golongan tertentu. Dalam memilih gubernur Jakarta juga harus dibingkai dengan meritokrasi, dan bukan karena alasan-alasan tradisional seperti karena satu golongan atau suku suku,” tegas Yayan.

Pimpinan Pondok Pesantren Darul Uchwah, KH Marsudi Syuhud mengatakan bahwa pemilik saham Indonesia adalah para santri dan ulama, serta organisasi-organisasi Islam yang sudah ada sejak zaman Kemerdekaan. Organisasi Islam ini lah yang ikut mengeluarkan darah dan keringat untuk memperebutkan dan mempertahankan NKRI.

“Kita harus waspadai kelompok ormas pendatang baru, yang tak tahu sejarah perjuangan ini,” Kata KH Marsyudi Suhud.

(Rls)

REKOMENDASI :

0 komentar:

Posting Komentar