Minggu, 14 Mei 2017

Makam Raja di Konawe Nyaris Hilang dari Sejarah, Tergusur Akibat Proyek Ini

Makam Mokole atau Raja Wutu Ahu Pakandeate yang berada di Desa Lerehoma Kecamatan Anggaberi yang nyaris hilang akibat munculnya proyek singkong gajah.

KENDARIPOS.CO.ID — Kabupaten Konawe memiliki kekayaan budaya yang sulit ditemukan di tempat lain. Salah satunya, Makam Mokole atau makam Raja Wutu Ahu Pakandeate yang berada di Desa Lerehoma Kecamatan Anggaberi. Sayangnya, keberadaannya hampir saja hilang, akibat adanya aktivitas perusahaan yang menggusur tempat itu untuk program tanam ubi gajah. Walau masih bisa diselamatkan, namun makam dua pengawal raja (Tamalaki) sudah rata dengan tanah.

Helson Mandala Putra,Unaaha

Beberapa pemuda begitu bersemangat mengayun cangkul, mengumpulkan beberapa bagian makam (tanah) yang digusur traktor. Awan mendung yang menandakan sebentar lagi hujan tak mengurungkan niat mereka untuk memperbaiki makam yang sudah rata dengan tanah. Mereka adalah anak-anak muda Konawe yang peduli dengan sejarah leluhur.

Mereka bernaung dalam sebuah komunitas bernama Komunitas Wonua Ndiniso Parauna. Dan makam yang sedang mereka perbaiki adalah makam dua pengawal raja (Tamalaki) yang sudah rata dengan tanah akibat proyek perusahaan yang ingin menjadikan tempat itu sebagai lokasi proyek tanam ubi gajah.

Tak jauh dari tempat itu, ada juga makan yang nyaris rata dengan tanah. Itulah Makam Mokole atau makam Raja Wutu Ahu Pakandeate. Tempat ini berada di Desa Lerehoma Kecamatan Anggaberi. Kondisinya tak jauh beda dengan dua pengawalnya. Hampir rata dengan tanah. Untungnya, anggota Komunitas Wonua Ndiniso Parauna bergerak cepat, sehingga makam tersebut bisa diselamatkan. Kalau tidak, maka salah satu cagar budaya di Konawe akan hilang selamanya. Bahkan mungkin akan hilang dari sejarah Konawe. “Kami tidak ingin, kekayaan budaya daerah ini hilang. Makanya, kami akan lakukan segala cara, mendesak pemda untuk menjaga dan melestarikan cagar budaya ini,” kata Adi, salah satu anggota komunitas, Minggu (14/5).

Hampir hilangnya salah satu cagar budaya tersebut sangat disayangkan pemerhati Budaya Tolaki, Ajemain Suruambo. Mewakili masyarakat pencinta budaya, dia merasa sangat prihatin. Menurutnya, pemerintah mesti mengambil sikap tegas untuk menjaga peninggalan para leluhur. Bila itu hilang, maka Sultra khususnya Konawe akan kehilangan satu situs sejarah yang tidak ternilai, dan tidak mungkin lagi disaksikan oleh generasi yang akan datang. “Beruntung, masih ada masyarakat yang peduli dan bergotong royong memperbaiki makam yang sudah terlindas traktor tersebut. Kalau tidak, pasti akan hilang dari sejarah,” jelasnya.

Makam yang ada ditempat itu, bukan hanya makam raja saja, tapi ada juga makam dua permaisurinya, Daenati dan Nanadosa, termasuk putrinya bernama Weolu, serta makam Tamalaki atau pengawal pribadinya. “Area makam sudah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Balai Arkeolog Makassar, dan seharusnya dijaga. Tidak boleh ada eksploitasi dalam radius seratus meter, seperti yang terdapat dalam peraturan daerah (Perda),” terangnya.

0 komentar:

Posting Komentar